26 Feb 2011

Evaluasi Program Pemuasaan Berselang pada Ayam Pedaging

Evaluasi Program Pemuasaan Berselang pada Ayam Pedaging (Evaluation of skip a day feed removal programme on the Broiler Chicken)

(Evaluation of skip a day feed removal programme on the Broiler Chicken)

Muhammad Azhar / I 411 08 271

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245.

Abstrak

Program pemuasaan berselang (skip a day feed removal programme) pada ayam pedaging bertujuan untuk mencegah kematian ayam pedaging pada fase finisher akibat stress karena panas metabolisme dari konsumsi pakan yang ad libitum, kelainan pada kaki akibat berat badan, dan perlemakan yang banyak. Program ini dilakukan pada 200 ekor ayam ras pedaging strain Cobb Sr 707 selama 12 jam per hari dengan interval 2 hari pada peroide yang berbeda, kelompok A (50 ekor) dipuasakan pada hari ke-10, 12, 14, dan 16 sedangkan kelompok B (25 ekor) dipusakan pada hari ke-22, 24, 26, dan 28 serta terdapat kontrol kelompok A (50 ekor) dan Kontrol kelompok B (25 ekor). Pakan yang diberikan pada fase starter adalah butiran, CP11 (protein 23%, EM 3150 kkal/kg), fase finisher adalah konsentrat dan jagung 33 : 67 (protein 18%, EM 3050 kkal/kg). Produktfitas ayam pedaging yang dipelihara dengan perlakuan pemuasaan berselang pada periode yang berbeda yaitu ayam dengan perlakuan A konsumsi pakan 2561 gr/ekor, pertambahan berat badan 52,6 gr/hari, berat badan akhir 1639,7 gr, konversi pakan 1,56. Dengan perlakuan B konsumsi pakan 3289 gr/ekor, pertambahan barat badan 57,53 gr/hari, barat badan akhir 1773,9 gr, konversi pakan 1,85. Sedangkan Kontrol konsumsi pakan 2700 gr/ekor, pertambahan berat badan 55,3 gr/hari, berat badan akhir 1704,2 gr, dan konversi pakan 1,6.

Kata kunci: Pemuasaan berselang, produktifitas, ayam pedaging, Cobb

PENDAHULUAN

Pemeliharaan ayam pedaging terutama di daerah tropis seringkali menimbulkan masalah yang cukup serius seperti kematian pada akhir pemeliharaan, perlemakan yang banyak, dan kelainan pada kaki. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pembatasan pakan, pembatasan pakan bertujuan untuk mengurangi panas metabolik dari pakan yang dikonsumsi oleh ayam dan ditambah udara panas akan menimbulkan stress kemudian berlanjut menjadi kematian pada ayam, perlemakan akan berkurang karena setelah dilakukan pemuasaan maka kerja dari sistem pencernaan unggas (ayam pedaging) untuk mengubah pakan menjadi otot/daging akan maksimal, dan kelainan pada kaki tidak akan terjadi jika ayam tidak berada pada berat badan yang maksimal sebelum kaki menjadi kuat. Program yang membatasi pertumbuhan awal ayam pedaging secara luas digunakan untuk mengurangi angka kematian dan juga untuk meningkatkan konversi pakan (Dozier, dkk, 2002). Pembatasan pakan dengan program pemuasaan berselang (skip a day feed removal programme) di daerah tropis belum dapat diaplikasikan secara maksimal karena temperatur di daerah tropis yang dapat berubah secara derastis misalnya pada malam hari yang diprediksi temperatur akan turun namun meningkat/tinggi sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam menentukan waktu pemuasaan. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum manajemen ternak unggas mengenai evaluasi program pemuasaan berselang pada ayam pedaging (evaluation of skip a day feed removal programme on the broiler chicken).

MATERI DAN METODE

Sebanyak 200 ekor ayam ras pedaging strain Cobb SR 707 umur sehari berkelamin campuran dipelihara selama 7 hari dalam brooder guard (induk buatan), ayam kemudian dipindahkan kedalam 4 buah kandang kelompok berukuran 2,5 x 3 meter yang diisi masing-masing 50 ekor hingga berumur 35 hari. Dua buah kandang digunakan sebagai control dan dua lainnya diberikan perlakuan pemuasaan berselang selama 12 jam per hari dengan interval 2 hari pada periode yang berbeda. Kelompok A dipuasakan pasa hari ke-10, 12, 14, dan 16, kelompok b dipuasakan pada hari ke-22, 24, 26, dan 28. Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kepadatan, kelompok B dan kontrolnya dikurangi jumlah ayamnya sebanyak 50% sehingga jumlah ayam yang tersisa hingga akhir percobaan adalah 25 ekor.

Pakan yang diberikan terdiri atas dua jenis pakan yang disusun berdasarkan rekomendasi NRC (1994) (Tabel 1). Pemberian pakan dan air minum dilakukan secara ad libitum. Parameter produktifitas ayam pedaging yang dianalisis antara lain konsumsi pakan, pertambahan berat badan, berat badan akhir, dan konversi pakan.

Tabel 1. Komposisi nutrisi pakan yang digunakan selama penelitian

No.


Jenis Pakan


Komposisi Pakan

Protein (%)


EM (kkal/kg)

1.


Pakan Starter (Butiran, CP11)*


23


3150

2.


Pakan Finisher (konsentrat : jagung, 33; 67)*


18


3050

* Berdasarkan Hasil Estimasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan terhadap produktifitas ayam pedaging yang diberi perlakuan pemuasaan berselang selama 4 (empat) hari dengan periode yang berbeda dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Produktifitas ayam pedaging yang dipelihara dengan perlakuan pemuasaan berselang pada periode yang berbeda

Parameter


Perlakuan Pemuasan Berselang

Kontrol


Perlakuan A


Perlakuan B

Konsumsi Pakan (g/e)


2700


2561


3289

Pertambahan Berat Badan (g/hari)


55,3


52,6


57,53

Berat Badan Akhir (g)


1704,2


1639,7


1773,9

Konversi Pakan


1,6


1,56


1,85

Keterangan: A. Perlakuan pemuasaan selama 12 jam pada hari ke-10, 12, 14, dan 16

B. Perlakuan pemuasaan selama 12 jam pada hari ke-22, 24, 26, dan 28

Tingginya rata-rata konsumsi pakan ayam pada perlakuan B (3289 gr/ekor) dibandingkan ayam pada perlakuan A (2561 gr/ekor), karena ayam pada perlakuan ini tidak dilakukan pemuasaan pada fase awal (pertumbuhan) sehingga ayam yang diberi pakan secara ad libitum akan memaksimalkan pakan tersebut untuk pertumbuhan yang cepat, sebab lainnya adalah ayam pada perlakuan tersebut jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah ayam pada perlakuan A sehingga tidak terjadi persaingan dalam mengkonsumsi pakan. Hal Ini tidak sesuai dengan pendapat Anungsaptonugroho (2010) bahwa, ayam broiler pada minggu ke-5 memiliki berat badan 2912 gr/ekor.

Rata-rata pertambahan berat badan ayam pedaging pada perlakuan (B 57,53 gr/hari) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertambahan berat badan pada perlakuan A. Hal tersebut juga berhubungan dengan besarnya konsumsi pakan dari ayam pada perlakuan B memiliki korelasi positif terhadap pertambahan berat badan dan sebab lainnya adalah karena ayam tersebut dipuasakan pada fase starter. Hal ini didukung oleh pendapat Anonim (2007) bahwa, besarnya konsumsi pakan oleh ayam pedaging akan berbanding lurus terhadap pertambahan berat badan tanpa ada faktor lain seperti penyakit.

Rata-rata berat badan akhir ayam pedaging perlakuan B (1773,9 gr). Tingginya berat badan akhir pada ayam tersebut dibandingkan dengan ayam pada perlakuan A berhubungan dengan tingginya konsumsi pakan, hal tersebut disebabkan karena ayam pada perlakuan B tidak dipuasakan pada fase starter sehingga pakan yang dikonsumsi dapat dimaksimal untuk pertumbuhan yang cepat dan ketika terjadi perlemakan maka pertumbuhan akan berlangsung lambat dan hasil akhir dari pertumbuhan yang lambat adalah berat badan akhir yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Anungsaptonugroho (2010) bahwa, ayam broiler mengalami pertumbuhan yang berlangsung cepat pada periode starter yang kemudian pertumbuhan akan berlangsung melambat dan terjadi karena penimbunan lemak tubuh.

Rata-rara konversi pakan ayam pedaging pada perlakuan A (1,56) lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata konversi pakan pada perlakuan lain. Hal tersebut disebabkan karena ayam pada perlakuan tersebut dipuasakan pada fase starter dan ketika program pemuasaan telah selesai maka ayam akan berusaha menggantikan konsumsi pakan saat pemuasaan, dengan cara mempercepat conversi pakan yang dikonsumsi secara ad libitum menjadi otot/daging. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Faradis (2009) bahwa, rata-rata konversi ransum ayam pedaging adalah 1,12. Dampak pemuasaan terhadap ayam pedaging adalah menurunnya perlemakan pada ayam pedaging. Hal ini didukung oleh pendapat Santoso, dkk (2008) bahwa, dampak dari program pemuasaan berselang pada ayam broiler adalah menurunnya perlemakan karena pengurangan kadar protein yang tinggi pada pakan ayam broiler yang juga berdampak pada performance dan komposisi tubuh ayam broiler.

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan mengenai evaluasi program pemuasaan berselang pada ayam pedaging (evaluation of skip a day feed removal programme on the Broiler Chicken) dapat ditarik kesimpulan bahwa program pemuasaan pada fase starter akan meningkatkan kemampuan ayam untuk mengkonversi pakan. Sedangkan pemuasaan pada fase finisher akan meningkatkan kemampuan ayam dalam pertambahan berat badan per hari dan juga menyebabkan tingginya jumlah konsumsi pakan dari ayam yang menyebabkan berat badan akhir yang tinggi. Perlakuan yang tepat diterapkan di Indonesia (daerah tropis) adalah perlakuan B karena mamiliki berat akhir yang tinggi yang sesuai dengan permintaan dari konsumen di Indonesia namun perlakuan tersebut memiliki konversi pakan yang buruk.

Kemitraan Ayam

Beberapa pilihan kemitraan ayam

1. harga kontrak/garansi, pemiliharaan ayam berdasarkan kontrak yang ditawarka oleh perusahaan ini. Harga sapronak (DOC, Pakan) sudah tertera dalam perjanjian kontrak. Peternak akan mempeoleh sisa hasil usaha dari perhitungan penjualan ayam dikurangi biaya-biaya yang diberikan oelh pihak inti. Selain itu juga peternak bisa mendapatkan tambahan dari insentif performa produksi.

2. maklun/upah kerja, peternak akan mendapatkan hasil usaha dari perhitungan biaya upah kerja per ekor DOC, hasil lain dari insentif performa.

3. semi kemitraan, harga sapronak sudah disepakati, namun untuk harga jual ayam pada saat panen disesuaikan dengan kondisi pasar.

Beberapa keuntungan dan kerugian kemitraan.

1. keuntungan
- Modal relative kecil, tugas peternakan menyediakan kandang, tenaga kerja dan pemeliharaan secara maksimal.
- Keuntungan bisa diprediksi dari masa awal pemeliharaan, hal ini dikarenakan harga sapronak dan harga jual ayam saat panen sudah diketahui dari awal.
- Resiko usaha kecil, jika terjadi kerugian, kerugian peternak tidak sebesar jika beternak secara mandiri.
- Bantuan manajemen pemeliharaan, pihak inti secara rutin mengadakan pendampingan melalui bagian lapangan untuk mendampingi peternak suapay hasil ternaknya optimal.
- Bantuan operasional, pada beberapa perusahaan inti, ada yang memberikan uang untuk operasional pada saat pemeliharaan.
- Insentif performa, insentif diberikan kepada peternak yang bisa memperoleh indeks performa (IP) yang bagus rata-rata >270, selain itu juga ada bonus FCR dan bonus rendahnya kematian, serata bonus selisih harga pasar, jika pada saat panen harga jual ayam lebih tinggi dari harga kontrak, namun hal ini sangat tergantung pada transparansi pihak perusahaan inti.

2. kerugian
- Kualitas dan kuantitas sapronak
- keuntungan peternak "dijatah" oleh perusahaan inti
- Pembayaran sisa hasil usaha yang lambat
- Penentuan waktu panen lebih ditentukan oleh perusahaan inti
- Dikendalikan oleh inti, sehingga peternak sekedar menjadi ”kuli kaya”

Beberapa hal yang patut dipertimbangkan sebelum menentukan bermitra dengan perusahaan inti kemitraan:

1. cari informasi sebanyak mungkin tentang perusahaan kemitraan di daerah tersebut
2. usahakan terlebih dahulu ketahui penggunaan sapronak (Pakan, DOC)
3. kualtas dan kontinuitas sapronak, hal ini berkaitan dengan hasil usaha
4. usahakan dapatkan brosur (penawaran) harga kontrak, untuk selanjutnya di hitung dan dibandingkan antar perusahaan inti.
5. pertimbangkan waktu panen (umur dan jarak antar panen)
6. pertimbangkan waktu pembayaran sisa usaha (jika untung), dan sistem pembayaran utang (jika rugi)
7. pelayanan pada masa sebelum, pada saat dan setelah selesai masa pemliharaan dan dari perusahaan inti.

Perhitungan Sederhana Kemitraan Ayam

Ukuran Harga Kontrak Std FCR Harga Pasar
sebagai contoh:

0,70 - 0,79 14.200 1.42 14700
0,80 - 0,89 13.600 1.43 14100
0,90 - 0,99 13.200 1.45 13700
1,00 - 1,09 13.050 1.50 13550
1,10 - 1,19 12.900 1.55 13400
1,20 - 1,29 12.700 1.58 13200
1,30 - 1,39 12.600 1.60 13100
1,40 - 1,49 12.500 1.62 13000
1,50 - 1,59 12.400 1.64 12900
1,60 - 1,69 12.200 1.66 12700
1,70 - 1,79 12.100 1.68 12600
1,80 - 1,89 11.900 1.70 12400
1,90 - 1,99 11.800 1.72 12300
2,00 - >2,09 11.700 1.74 12200

DOC 4.000
Pakan 5.250

• Bonus FCR, diberikan jika FCR aktual lebih rendah dari pada FCR standar yang diterapkan oleh perusahaan inti
• Bonus Mortalitas, diberikan jika mortalitas aktual lebih rendah dari pada standar mortalitas yang diterapkan oleh perusahaan inti
• Bonus Harga Pasar, diberikan jika harga jual ayam pada saat lebih tinggi dari pada harga kontrak

Misalnya>>>

DOC : 4000 ekor
Pakan : 9500 kg
Ayam Panen : 3850 ekor
Daging : 6100 kg
Mortalitas : 150 ekor
Mortalitas : 3.8%
Bobot Rata-rata : 1.58 kg
Feed Intake : 2.47 kg
FCR : 1.56
Umur : 31 hari
Indeks Performa : 315.87
Obat : 300 Rp per ekor

Simulasi Perhitungan Pendapatan Peternak dengan performa seperti diatas :
Biaya : per ekor
DOC : 16.000.000,00 4155.84
Pakan : 49.875.000,00 12954.55
Obat : 1.200.000,00 311.69
Total Biaya 67.075.000,00 17.422,08

Penjualan
Panen Ayam : 75.640.000,00 19.646,75

Pendapatan :
Pendapatan Panen: 8.565.000,00 2.224,68
Bonus FCR : 61.000,00 15.84
Bonus Mortalitas : 192.500,00 50.00
Bonus Harga Pasar 762.500,00 198,05
Total Pendapatan 9.581.000,00 2488,57

Biaya yang dikeluarkan peternak di Kandang selama masa pemeliharaan (per ekor)
1. Sewa Kandang Rp 300.00 (kisaran 200-300/ekor)
2. Upah Tenaga Kerja Rp 300.00 (kisaran 200-300/ekor)
3. Sekam Rp 200.00 (kisaran 100-200/ekor)
4. Pemanas Rp 200.00 (kisaran 70-250/ekor)
5. Listrik Rp 30.00
6. Uang Kemanan Rp 50.00
7. Uang Panen Rp 10.00
8. Kapur Rp 20.00
9. Karung Rp 80.00
10. Lain-lain Rp 10.00
TOTAL Rp 1.200.00

Pendapatan Bersih Peternak Rp 1.288,57
Pendapatan Peternak sangat tergantung pada efisiensi pakan (FCR) dan efisiensi biaya yang dikeluarkan di kandang selama masa pemeliharaan, selain itu juga harga kontrak sangat menentukan hasil yang di dapatkan peternak.

Semua Rincian biaya tersebut, sangat tergantung pada :
• lokasi kandang dan kepemilikan kandang (milik sendiri atau sewa)
• jenis kandang (panggung atau postal)
• jenis pemanas
• kebiasaan pembayaran peternak ke anak kandang
• jaminan keamanan di daerah tersebut, terutama jika kandang sewa dan penyewa bukan dari daerah tersebut
• jauh dekatnya letak kandang ke jalan untuk kendaraan (bongkar pakan dan panen ayam)

Syarat-syarat untuk bisa bergabung dengan perusahaan inti kemitraan :
• memiliki kandang (pribadi atau sewa)
• tenaga kerja
• pemeliharaan yang maksimal
• jaminan keamaan bagi aset perusahaan (sapronak)
• jaminan (biasanya berupa surat tanah atau kendaraan bermotor, namun ada juga yang menggunakan uang)

Tambahan:
• Sapronak (DOC, Pakan, Obat, vitamin, vaksin) tergantung perusahaan inti.
• Setiap perusahaan inti mempunyai kebijakan masing-masing dalam menentukan dan memilih sapronak

Selamat Menghitung dan selamat mencoba.
SEMOGA BERHASIL

Lantai Kandang Ayam Tanpa Sekam

ADA beberapa tipe lantai kandang ayam broiler (pedaging/potong) yang dipakai peternak di Indonesia yaitu lantai tanah/semen (deep litter), berbilah (berlubang) (all-slat) dan kombinasi (slat and litter. Lantai tanah/semen adalah kandang yang lantainya dari tanah dipadatkan atau disemen dan di atasnya ditabur bahan alas lantai seperti sekam. Lantai berbilah, adalah kandang dibuat model panggung yang lantainya dibuat jajaran kayu dengan celah antarkayu sekitar 1-2 cm sehingga kotoran jatuh ke tanah, sedang kombinasi yaitu kandang sebagian lantai tanah dan sebagian panggung biasanya digunakan di pembibit ayam (breeding farm)

Pada kandang berlantai tanah biasanya lantai ditaburi/dialasi dengan sekam setebal 5 sd 10 cm dan digunakan memelihara ayam broiler dari umur 1 hari sampai panen (42 hari), jika basah/lembab sekam dibalik atau diganti yang baru. Pada kandang panggung lantai dialasi plastik/terpal dulu baru ditebar sekam dan digunakan untuk memelihara ayam dari umur 1 sd 14 hari untuk menghindari kaki ayam terperosok, setelah itu alas plastik/ terpal dikeluarkan sehingga kotoran jatuh ke tanah. Untuk bahan alas lantai yang biasa digunakan peternak adalah sekam, mungkin alasan utama adalah murah dan mudah didapat, namun karena sekam sekarang bersaing dengan usaha industri batu bata maka harga meningkat dan sampai peternak

Bahan Lantai Kandang

Sebenarnya peternak dapat menggunakan bahan alas lantai kandang (litter) tidak harus sekam, boleh dari bahan lain karena hakikatnya bahan yang dipakai harus mempunyai daya serap terhadap air tinggi. Menurut Brake (1992) bahwa bahan litter yang baik adalah bahan yang: 1) bersifat absorben, 2) bebas debu, 3) sukar untuk dimakan ayam, 4) tidak beracun, 5) murah/berlimpah, dan mudah diangkut/diganti.

1. Absorben maksudnya mempunyai daya serap terhadap air tinggi sehingga kotoran cepat kering.

2. Bebas debu maksudnya jika sudah ditempatinya ayam tidak mengeluarkan debu yang dapat menyebabkan iritasi pada mata ayam maupun pekerja.

3. Sukar untuk dimakan ayam maksudnya ukuran partikel bahan litter lebih besar dibanding ukuran partikel pakan terutama di awal pemeliharaan.

4. Tidak beracun maksudnya jika bahan litter ada yang termakan oleh ayam tidak akan mematikan ayam.

5. Murah dan mudah didapat maksudnya bahan yang dipakai tidak menjadikan biaya produksi jadi meningkat tajam dan ketersediaannya kontinyu.

6. Mudah diangkut/diganti maksudnya jika di dalam kandang litter basah/lembab sekam dibalik atau diganti yang baru.