28 Feb 2011

Pengobatan Tradisional untuk Menyembuhkan Flu Burung

PAKAR Biomolekuler dari Surabaya Dr Drh CA Nidom MS menyatakan penyakit Flu Burung akibat virus avian influenza (AI) dapat dicegah dan disembuhkan dengan pengobatan tradisional melalui berbagai tanaman dan tumbuh-rumbuhan (herbal
medicine) seperti temulawak, kunyit,dan lidah buaya (Aloe vera).Upaya pencegahan dan penanggulangan virus flu burung
sebetulnya relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan penerapan teknologi yang tinggi,” kata dosen FKH Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Dia juga menjelaskan bahwa struktur virus AI sebenarnya dapat rusak hanya dengan sabun (deterjen). Virus AI sangat peka dengan seluruh jenis disinfektan, termasuk biodesinfektan sehingga tidak memerlukan terknologi tinggi untuk menghambat virus tersebut.
Pengobatan dengam herbal juga dapat menghancurkan virus tersebut. Temulawak dan kunyit bisa dikonsumsi dalam bentuk minuman untuk mencegah peningkatan konsentrasi sitokin dalam tubuh akibat inveksi virus AI dengan sub tipe H5N1. Temulawak dan kunyit ini sangat efektif karena kandungan curcuma yang ada pada keduanya berpotensi sebagai inhibitor terhadap sintesis sitokin,” katanya. Hal sama juga terdapat pada tanaman lidah buaya. “Lidah buaya memiliki kandungan emodin dan scutellaria yang berfungsi sebagai antiviral. Bahan itu mampu menghancurkan enzim yang terdapat pada virus flu burung.
Namun, formulasi herbal medicine yang tepat sampai saat ini masih menunggu para peneliti dari Fakultas Farmasi untuk merumuskannya,sehingga dapat digunakan menanggulangi virus flu burung.Sedangkan infeksi flu burung pada manusia, beliau menilai hal itu bersumber dari sektor peternakan, karena itu penyelesaiannya harus bersifat terintegrasi dan terkoordinasi antar instansi. Departemen Pertanian sudah menetapkan sembilan langkah strategis guna menangani erebaknya virus itu, diantaranya biosekuriti yang ketat, depoluasi, vaksinasi,pengendalian lalu lintas, surveilians,
penelusuran, dan public awareness melalui restocking, stamping out di daerah yang baru tertular, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu,Departemen Kesehatan juga sudah menetapkan langkah penanggunalan virus flu burung, antara lain mencegah infeksi baru pada hewan/unggas, melindungi kelompok beresiko tinggi dengan biosekuriti, strategi surveilans sebagaimana diterapkan Deptan dan strategi komunikasi, informasi serta edukasi.
Depkes juga mengeluarkan strategi menajemen kasus dan pengendalian infeksi di sarana kesehatan, peningkatan studi/
penelitian kesehatan, dan menyatakan bahwa flu burung merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) dalam skala nasional ehingga setiap orang harus benar-benar waspada.

MAREK’S... PENANGGULANGANNYA

kerugian akibat Marek’s dapat berupa kematian atau gangguan performance ayam. Ayam yang terkontaminasi virus Marek’s, daya tahan tubuhnya akan tertekan/menurunnya respon kekebalan (imunosupresi) sehingga ayam peka terhadap infeksi mikroorganisme lain. Infeksi Marek’s ini ditularkan secara horisontal. Biasanya disebarkan lewat debu atau kotoran ayam yang tertular.
Penyakit Marek’s biasa menyerang :
• Ayam muda (umur kurang dari 2 minggu).
• Flok yang terserang tidak mempunyai zat kebal induk yang cukup.
• Strain ayam yang rentan terhadap Marek’s.

Langkah-langkah yang dibutuhkan

untuk menanggulanginya :
• Tingkatkan sanitasi dan biosekuriti.
• Sebaiknya pilih strain ayam lebih tahan terhadap penyakit Marek’s.
• Lakukan manajemen pemeliharaan yang baik.
• Lakukan kontrol yang baik terhadap kasus imunosupresi lainnya (seperti IBD).
• Berikan vaksinasi Marek’s sebelum ayam terkena virus Marek’s.
• Pemberian pakan dengan nutrisi yang bagus dan bebas parasit/menimbulkan penyakit.
• Jika suatu peternakan memiliki masalah penyakit Marek’s, salah satu solusinya adalah lakukan depopulasi,
sanitasi dan desinfektan seluruh bagian kandang dan peralatan dan biarkan kandang beberapa bulan (istirahat kandang). Vaksinasi virus Marek’s akan lebih baik dilakukan di hatchery.

Roli Sofwah H, TS & D, CPI Jakarta .The State of Queensland (Department of Primary Industries and Fisheries) 2005,

Menghitung Kebutuhan Air untuk Vaksin Melalui Air Minum

Beberapa kendala yang biasa didapatkan atau ditemukan dilapangan oleh beberapa
peternak yakni teknik atau cara menentukan kebutuhan air untuk vaksin melalui air
minum. Pertama-tama yang harus diketahui oleh seorang peternak adalah kebutuhan air
minum yang normal untuk broiler.

Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Pada Broiler ( Temperatur 32,5°C ) Per 1000 Ekor

No Umur ( Minggu ) Kebutuhan Air Minum ( Liter )
1 1 27
2 2 100
3 3 172
4 4 271
5 5 334


Dari Tabel 1 diatas dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan kebutuhan jumlah
air minum untuk vaksin melalui air minum.
Jumlah Kebutuhan Air Untuk Vaksin =
8
A ( Liter)
Keterangan :
A = Jumlah Kebutuhan Air Minum ( Sesuaikan Dengan Umur Ayam,Lihat Tabel 1 ).
8 = konstanta
Contoh :
- Si Amir mempunyai ayam broiler 2000 ekor,yang berumur 13 hari. Pada hari ke – 14 Si Amir
sudah membuat program untuk vaksin gumboro ( Vaksin IBD ). Berapa liter air yang harus
dipakai oleh Si Amir jika ia mau melaksanakan vaksin gumboro melalui air minum?
- Jawab :
Dari Tabel 1 didapatkan bahwa kebutuhan air minum per 1000 ekor adalah 100 liter untuk
minggu kedua ( 14 Hari ), jadi total kebutuhan air minum adalah sebesar 200 liter.
Air minum yang dibutuhkan oleh Si Amir untuk vaksin gumboro di umur 14 hari adalah :
8
200
= 25 Liter.
Syahrir Akil, Manager TS & D, PT Charoen Pokphand Indonesia Jakarta
BULETIN CP. NOPEMBER 2005

JANGAN SEPELEKAN MINGGU KETIGA

BROILER modern merupakan hasil rekayasa genetika dengan tingkat pertumbuhan badan yang cepat. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar pertumbuhan broiler optimal, diantaranya adalah kondisi kandang dan lingkungan kandang yang
berpengaruh 70%.

Mengapa minggu ketiga
(umur 14-21 hari) ?
1. Minggu ketiga adalah masa dimana sistem kekebalan dari induk sudah minimal sementara “ active immunity “ baru dimulai. Sistem kekebalan tubuh yang rendah ini dapat mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit
2. Pertambahan berat badan (gain) dan konsumsi pakan cukup tinggi
3. Minggu ketiga adalah masa dimana ayam sering mengalami stres akibat perlakuan vaksinasi, turun sekam dan erubahan dari pemakaian pemanas hingga tanpa pemanas

Tindakan :
1. Lakukan vaksinasi di pagi hari atau sore hari untuk mengurangi stres pada ayam
2. Berikan larutan gula 2 % selama 2 jam dan vitamin anti stres pada saat sebelum dan sesudah vaksinasi atau pada saat turun sekam.
Larutan ini berfungsi untuk membantu memperbaiki sistem kekebalan.
3. Jangan merubah dan membatasi pakan pada preiode ini karena dapat menambah stres.
4. Jaga agar kualitas udara selalu baik.
5. Tingkatkan biosecurity kandang.

Selamat beternak.

PROSPEK PROBIOTIK PADA BROILER

ROILER dengan jangka hidup yang cukup pendek, memiliki koloni dalam ususnya yang sangat peka sehingga perlu
meningkatkan system pengaturan tubuhnya. Cara yang biasa dilakukan untuk melindungi ayam yang masih muda adalah dengan pemberian antibiotika atau dengan penggunaan AGPs (Antibiotik Growth Promotors) perlu diperhatikan.Namun, beberapa negara Eropa dan Amerika, telah melakukan pembatasan terhadap penggunaan antibiotika. Bahkan di tahun 2006 Uni Eropa melarang penggunaan AGPs. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi penggunaan antibiotika dan menghindari pengaruh negatif antibiotika pada manusia. Pemakaian antibiotik padaunggas dapat ikut menyelinap ke dalam produk ternak (daging dan telur), sehingga terakumulasi disana dan menjadi residu. Residu tersebut mempunyai efek yang kurang menguntungkan terhadap kesehatan konsumen, antara lain terjadi resistensi bakteri dan sensitifitas pada konsumen. Pemberian antibiotika juga bisa menganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan inangnya.
Sebagai salah satu alternatifnya adalah dengan pemberian probiotik, karena tidak mempunyai efek samping yang negatif jika diberikan dalam dosis yang tepat.

Di dalam saluran pencernaan,terdapat sekitar 100-400 jenis mikroba yang dikelompokkan pada mikroba yang menuntungkan dan yang merugikan (patogen). Di lingkungan yang normal,saluran usus pada anak ayam terkolonisasi dengan mikroorganisme. Umumnya sumber mikroflora usus adalah dari permukaan telur yang tidak steril sebagai hasil kontak induk dengan sangkarnya. Pada peternakan komersial, kolonisasi pada saluran usus ada hubungannya dengan kebersihan di hatchery dan kontak dengan lingkungan bebas.

Saat umur 21 hari, broiler dapat mengatur keseimbangan flora usus. Setelah umur 21 hari tantangan seperti stress, pergantian pakan dan pemberian obat-obatan seperti antibiotik dapat menganggu flora dalam saluran gastrointestinal
dan menyebabkan kerugian. Jika saluran usus terkolonisasi dengan mikroba merugikan maka akan berdampak patogen bagi tubuh.

Probiotik dalam Pakan

Menurut Fuller (1992), probiotik adalah makanan tambahan berupa mikroba hidup, baik bakteri, kapang/yeast yang dapat menguntungkan bagi inangnya dengan jalan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan. Mikroba yang dikatakan sebagai probiotik
(McNaught and MacFie, 2000) jika :
1. Dapat diisolasi dari hewan inangnya dengan spesies yang sama.
2. Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya.
3. Tidak bersifat patogen.
4. Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya.
5. Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selama penyimpanan.

Mekanisme kerja probiotik masih banyak dikontroversikan. Mekanisme berikut ini dapat menjadi bahan pertimbangan (Budiansyah A, 2004),antara lain :
1. Melekat dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan.Jika mikroba dapat menempel kuat pada sel-sel usus maka ikroba dapat berkembangbiak dan mikroba patogen akan tereduksi dari sel-sel usus.
2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat antimikroba.Mikroba probiotik menghambat organisme patogen dengan berkompetisi.
3. Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan inang.

Penggunaan probiotik sebagai bahan aditif dapat memberikan keuntungan pada inangnya (terutama dalam saluran pencernaan), diantaranya :
1. Efek nutrisional Pemberian probiotik secara langsung memberikan efek menguntungkan, seperti diantaranya engurangan kemampuan mikroorganisme patogen dalam memproduksi toksin, menstimulasi produksi enzim indigenus yang dapat meningkatkan fungsi pencernaan unggas, dihasilkannya vitamin dan substansiantimikrobial sehingga meningatkan
status kesehatan inang.
2. Efek sanitari Dengan adanya probiotik dapat menstimulasi respon kekebalan. Mikroba probiotik dapat mengeluarkan toksin yang dapat menghambat perkembangan mikroba patogen dalam saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan kekebalan inangnya. Toksin dari mikroba probiotik merupakan antibiotik bagi mikroba patogen.
Probiotik pada unggas bisa diberikan dalam campuran pakan atau melalui air minum atau dalam bentuk probiotik yang
hanya mengandung 1 macam strain mikroba.
Pemberian probiotik dalam pakan dapat memelihara mikroflora usus inangnya. Salah satu faktor berfungsi atau tidaknya probiotik adalah stabilitas penyimpanannya dan processing pakannya. Perlakuan panas dan tekanan selama pelleting adalah hal yang dapat mengganggu kestabilan probiotik di dalamnya.
Solusi terbaik penggunaan probiotik sehingga tetap stabil adalah dengan menggunakan spora dari strain mikrobayang menguntungkan. Spora tersebut diselimuti oleh mantel alami, bukan dari kapsul. Pemilihan untuk mikroorganisme probiotik perlu dilakukan uji tes.
Pemberian probiotik dengan mikroba tunggal dalam bentuk spora akan lebih baik karena lebih menguntungkan dan kualitasnya lebih terjamin.
Probiotik strain Bacillus subtilis yang toleran terhadap panas telah diuji tes pada percobaan pakan broiler di beberapa negara. Hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan yang terus menerus terhadap konversi pakan dan
pertambahan berat badan. Keuntungan yang dihasilkan dari probiotik ini ada kaitannya dengan keseimbangan mikroflora di dalam saluran gastrointestinal, meningkatnya kesehatan usus dan memberikan kesehatan menyeluruh dan pada akhirnya akan memperbaiki performance.
Percobaan yang dilakukan di Brazil dan USA membuktikan bahwa performance broiler dapat ditingkatkan dengan menggunakan bakteri tunggal strain Bacillus subtilis sepanjang periode produksinya. Percobaan broiler dengan pemberian antibiotik, yaitu : kontrol (tanpa suplemen antibiotik atau probiotik), antibiotik (AGP) dan dengan
pemberian probiotik. Percobaan dilakukan pada ayam broiler komersial. Tujuan percobaan tersebut untuk menunjukkan
respon pertumbuhan dan konversi pakan pada broiler baik yang menggunakan probiotik atau suplementasi pakan AGP
dibandingkan dengan kontrol.
Percobaan tersebut menunjukkan bahwa pemberian bakteri strain B. Subtilis pada pakan dengan level 8x105 unit per
gram pakan sangat efektif meningkatkan berat badan dan perbaikan rasio konversi pakan dibanding dengan kontrol.
Percobaan menunjukkan bahwa produk probiotik tidak berbeda jauh dengan AGP untuk meningkatkan rasio konversi
pakan. Penelitian ini diusulkan bahwa spora dari probiotik strain baru untuk direkomendasikan digunakan pada
peternakan komersial saat periode growing. Strain probiotik tunggal atau dengan penambahan mikroba langsung
dalam pakan sangat potensial digunakan sebagai pengganti AGP dan lebih ekonomis untuk meningkatkan performance ayam
broiler

TYPE LANTAI KANDANG

ADA beberapa tipe lantai kandang ayam broiler (pedaging/potong) yang dipakai peternak di Indonesia yaitu lantai tanah/semen (deep litter), berbilah (berlubang) (all-slat) dan kombinasi (slat and litter. Lantai tanah/semen adalah kandang yang lantainya dari tanah dipadatkan atau disemen dan di atasnya ditabur bahan alas lantai seperti sekam. Lantai berbilah, adalah kandang dibuat model panggung yang lantainya dibuat jajaran kayu dengan celah antarkayu sekitar 1-2 cm sehingga kotoran jatuh ke tanah, sedang kombinasi yaitu kandang sebagian lantai tanah dan sebagian panggung biasanya digunakan di pembibit ayam (breeding farm)

Pada kandang berlantai tanah biasanya lantai ditaburi/dialasi dengan sekam setebal 5 sd 10 cm dan digunakan memelihara ayam broiler dari umur 1 hari sampai panen (42 hari), jika basah/lembab sekam dibalik atau diganti yang baru. Pada kandang panggung lantai dialasi plastik/terpal dulu baru ditebar sekam dan digunakan untuk memelihara ayam dari umur 1 sd 14 hari untuk menghindari kaki ayam terperosok, setelah itu alas plastik/ terpal dikeluarkan sehingga kotoran jatuh ke tanah. Untuk bahan alas lantai yang biasa digunakan peternak adalah sekam, mungkin alasan utama adalah murah dan mudah didapat, namun karena sekam sekarang bersaing dengan usaha industri batu bata maka harga meningkat dan sampai peternak

Bahan Lantai Kandang

Sebenarnya peternak dapat menggunakan bahan alas lantai kandang (litter) tidak harus sekam, boleh dari bahan lain karena hakikatnya bahan yang dipakai harus mempunyai daya serap terhadap air tinggi. Menurut Brake (1992) bahwa bahan litter yang baik adalah bahan yang: 1) bersifat absorben, 2) bebas debu, 3) sukar untuk dimakan ayam, 4) tidak beracun, 5) murah/berlimpah, dan mudah diangkut/diganti.

1. Absorben maksudnya mempunyai daya serap terhadap air tinggi sehingga kotoran cepat kering.

2. Bebas debu maksudnya jika sudah ditempatinya ayam tidak mengeluarkan debu yang dapat menyebabkan iritasi pada mata ayam maupun pekerja.

3. Sukar untuk dimakan ayam maksudnya ukuran partikel bahan litter lebih besar dibanding ukuran partikel pakan terutama di awal pemeliharaan.

4. Tidak beracun maksudnya jika bahan litter ada yang termakan oleh ayam tidak akan mematikan ayam.

5. Murah dan mudah didapat maksudnya bahan yang dipakai tidak menjadikan biaya produksi jadi meningkat tajam dan ketersediaannya kontinyu.

6. Mudah diangkut/diganti maksudnya jika di dalam kandang litter basah/lembab sekam dibalik atau diganti yang baru.

Mendeteksi Munculnya Ayam Kerdil

Kekerdilan atau Sindroma Kekerdilan (SK) pada ayam sangat merugikan.
Kerena, ayam yang kerdil sulit dijula, konversi pakan yang tinggi dan dapat
mengakibatkan kematian. Walaupun tingkat kematiannya tidak terlalu tinggi. Bagaimana
ciri-cirinya?
Akhir-akhir ini, SK muncul lagi pada beberapa peternakan ayam pedaging
komersial dan pada Broiler breeding farm. Adanya kasus semacam ini menimbulkan
kerugian peternak, karena jumlah ayam kerdil bisa mencapai 10-50 persen dari populasi.
Sebenarnya SK ini sudah pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dan
mendapat perhatian dari pihak pemerintah maupun pelaku bisnis perunggasan.
Merebaknya kembali kasus ini setelah wabah Avian Influenza (AI), menimbulkan tanda
tanya. Beberapa kalangan peternak menghubung-hubungkan kasus ini dengan wabah AI.
Karena SK pada ayam kali ini terjadi setelah Indonesia terserang wabah AI.
Penyakit kekerdilan ini pertama kali dilaporkan di Eropa, yaitu di Belanda pada
tahun 1970. Kemudian menyebar ke Inggris (1981), Australia (1980), Amerika Serikat
(1981) dan Asia (1985). Di Indonesia, penyakit kekerdilan, pertama kali dilaporkan oleh Dharma pada tahun 1985. Penyakit yang ditandai dengan gejala ayam menjadi kerdil
(lambat tumbuh) dan bulu sayap terbalik ini dilaporkan terjadi di Bali dan Jawa Timur.
Selanjutnya pada tahun 1998-1999, peneliti Balai Penelitian Veteriner (Balitvet)
melaporkan kejadian kekerdilan pada peternakan ayam di daerah Jawa Barat, Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh gambaran bahwa,
ayam yang berumur 12 - 31 hari hanya memiliki bobot badan sekitar 125-373 gram.
Penyakit Helikopter
Sindroma Kekerdilan merupakan suatu penyakit, di mana ayam tidak tumbuh dan
berkembang seperti layaknya ayam normal. SK adalah Sindroma pada ayam muda,
terutama ayam pedaging yang ditandai adanya derajat gangguan pertumbuhan (ringan
sampai berat). Sebagai agen spesifik penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Namun
dari hasil penelitian menyebutkan bahwa, virus merupakan agen yang bertanggungjawab
terhadap timbulnya penyakit menular ini. Diduga banyak penyebabnya, antara lain,Reo
virus, Rota virus, Parvo virus, Entero virusdan Corona virus.
Reovirus, dapat diisolasi dari jaringan ayam sehat pada umur satu sampai dua
minggu. Manifestasi penyakit setelah infeksi denganre ovirus tergantung pada umur
ayam, strain virus dan rule infeksi. Penularan penyakit dapat terjadi secara horizontal
maupun vertikal. Reovirus dapat diekskresikan dari saluran pencernaan dan pernafasan.
Feses merupakan sumber utama penularan secara horizontal. Anak ayam umur satu hari
lebih peka terhadap reovirus yang ditularkan melalui saluran pernafasan dibanding
penularan secara oral
Banyak nama yang diberikan pada penyakit ini. Yaitu, Infectious Stunting
Syndrome, Helicopter disease, Malabsorption Syndrome, Pale bird Syndromeatau
Brittle bone Syndrome.
Penyakit ini menyerang ayam dan kalkun, baik yang jantan maupun betina.
Dilaporkan hewan yang muda lebih sensitif daripada yang dewasa dan semua jenis ayam
dapat terse rang penyakit ini. Anak ayam yang terserang virus ini memperlihatkan
penurunan laju pertumbuhan yang nyata pada umur 5-7 hari. Dan anak ayam yang
lambat tumbuh alias kerdil ini akan terlihat jelas pada umur dua minggu.
Pertumbuhan bulu yang terhambat, sampai umur 30 hari bulu di bagian bawah
kepala masih berwarna kuning, sehingga disebut dengan “Kepala kuning". Anak ayam
ini juga memperlihatkan abdomen yang menggantung dan nafsu makannya yang sangat
tinggi.
Tangkai bulu sayap primernya nampak patah-patah dan bulunya seperti baling-
baling rotor. Oleh karena itu disebut juga penyakit helikopter (Helicopter Disease).
Menjelang umur 5 minggu, anak ayam yang sakit bisa mencapai 25%, dengan bobot
badan berkisar 250 gram. Dan ukurannya kurang dari separuh ukuran normal dari kawan
sekandangnya. Kotorannya berwarna kuning dan lembek dan menunjukkan adanya
partikel biji-bijian yang tidak dicerna. Ayam yang sakit terlihat malas berjalan karena
adanya sindroma yang mirip rakhitis.
Ayam Kerdil Segera Diatkir
Para ahli melaporkan bahwa, target organ dari SK adalah usus sehingga
menyebabkan gangguan pencernaan berbentuk diare dan lesi pada usus. Anak ayam
biasanya mengalami gangguan proses digesti dan absorbsi berbagai nutrien penting
dalam pakan, yang mendukung berbagai manifestasi penyakit tersebut.
Pada bedah bangkai ayam penderita SK, dijumpai adanya peradangan pada
proventrikulus (proventrikulitis) dan usus (enteritis), atropi/pengecilan dari organ
pankreas,thymus dan bursafabricius. Juga terlihat adanya kelainan pada tulang,
terutamadefect pada tulang paha (femur) sehingga tulang menjadi mudah patah(bri ttle/
os teoporosis).
Secara mikroskopik terlihat pembesaran(hipertropi) dan perbanyakan
(hiperplasia) dari epitel mukosa proventrikulus. Pada usus terjadi enteritis kataralis
berupa pelebaran/dilatasi krypta usus dan atropi villi usus. Pada pankreas terlihat
infiltrasi set-set radang, degenerasi, atropi dan fibroplasi dari jaringan eksokrin.
Diagnosis didasarkan pada sejarah induk-induk muda yang menghasilkan anak
ayam yang sakit dengan gejala klinis khas, yang muncul pada kisaran umur 7-35 hari.
Dan biasanya lebih tepat jika diagnosis dibuat setelah anak ayam berumur lebih dari 14
hari. Pada saat dijumpai adanya sejumlah anak ayam kecil yang mempunyai nafsu
makan yang besar, sangat aktif dan menunjukkan pertumbuhan bulu yang abnormal.
Secara primer, SK ini disebabkan oleh virus, namun ada beberapa jenis bakteri dan
berbagai faktor manajemen yang ikut mendukung terjadinya sindroma tersebut.
Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit kerdil. Anak-anak ayam yang
sakit/kerdil hendaknya segera diafkir / dikeluarkan sejak umur 14-28 hari. Pemisahan
ayam-ayam yang sakit ini mungkin dapat mengurangi peluang penularan virus secara
lateral. Vaksinasi dilaporkan tidak bisa efektif mengontrol penyakit ini. Peningkatan
sanitasi, pemberian desinfektan yang tepat dan memperhatikan kepadatan kandang
diharapkan dapat mengurangi jumlah ayam yang diafkir. Memperketat kontrol pakan dan
menghindari DOC dari bibit yang muda, dilaporkan dapat mengurangi kasus penyakit
ini.

MENGHITUNG DOSIS???

AYAM sakit harus diobati. Agar obat yang harganya mahal dapat menyembuhkan ayam tersebut, harus dihitung dosis
yang tepat. Kalau dosis berlebihan dapat menyebabkan racun. Jika dosisnya kurang, ayam tersebut tidak sembuh malah bertambah penyakitnya.
Bagaimana cara menghitung dosis obat?
Contoh : Pemberian atibiotik Oxytetracycline dengan jumlah ayam layer 10.000 ekor, umur 18 minggu.
- Satu bungkus Oxytetracycline beratnya 200 gram (80 gr zat aktif Oxytetracycline)
- Konsumsi air minum : 3000 ltr/hari
- Berat badan ayam umur 18 minggu: 1,6 kg/ ekor
- Dosis Oxytetracycline yang dianjurkan : 55 mg/kg berat badan

Perhitungan perhari :

= (BW (kg) x Jumlah ayam x dosis Oxytetarcycline (mg/kg bobot badan))/
(1000 x zat aktif Oxytetracycline didalam obat)

= (1.6 x 10000 x 55)/(1000 x 80)

= 11 bungkus/hari ( 2200 gr/hari)

Didalam pengobatan melalui air minum, hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. ketepatan perhitungan dosis berdasarkan berat badan rata-rata didalam suatu kandang/fl ok yang akan diobati.
2. Pastikan peralatan yang akan digunakan untuk pengobatan seperti tempat minum berjalan dengan baik.
3. Bersihkan tempat minum dari partikel yang tidak baik untuk kesehatan ayam dan baru diberikan obat.
4. Sangat dianjurkan untuk mengetahui kestabilan PH air.

Pengaruh Cekaman Panas Ayam Broiler Awal Periode "Starter" terhadap Suhu Tubuh serta Dampaknya terhadap Performans Umur 2-3 minggu

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara langsung cekaman
panas pada ayam broiler awal periode "starter" terhadap suhu tubuh serta performans
produksi umur 2-3 minggu. Manfaat dari penelitian ini yaitu diperoleh suhu dan lama
pemeliharaan pada awal periode "starter" yang memberi (menghasilkan) performans
produksi terbaik pada ayam broiler periode "starter". Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
14 - 29 Mei 2004 di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor ayam broiler
periode "starter" yang diperoleh dari Bamboe Poultry Shop. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan faktorial 4 x 6 dengan Rancangan dasar Acak Lengkap (RAL) model
splitplot in time. Sebagai petak utama ("main plot") adalah beberapa tingkat panas (T) dan
sebagai anak petak ("sub plot") adalah lama waktu pengamatan (W). Temperatur yang diteliti
adalah suhu kamar (TI) sebagai cekaman dingin dan temperatur di atas suhu kamar yaitu
390 C (T2), 410C (T3) dan 430C T4). Pengukuran suhu tubuh, konsumsi ransum, konsumsi
air minum dan bobot badan dilakukan pada jam ke-12, ke-24 dan ke-36 pada periode
cekaman dan setiap minggunya setelah ayam terbebas dari cekaman. Rata-rata suhu tubuh
ayam broiler dengan perlakuan T1, T2, T3 dan T4 berturut-turut adalah 39.970C, 40.280C,
40.920C dan 40.970C. Rata-rata konsumsi ransum ayarn broiler dengan perlakuan TI, T2, T3
dan T4 berturut-turut adalah 48.22 g, 50.41 g, 47.79 g dan 46.51 g. Rata-rata konsumsi air
minum ayam broiler dengan perlakuan TI, T2, T3 dan T4 berturut-turut adalah 84.83 ml,
91.36 mi, 92.59 ml dan 90.57 ml. Rata-rata bobot badan ayam broiler dengan perlakuan TI,
T2, T3 dan T4 berturut-turut adalah 199.80 g, 212.33 g, 201.83 g dan 207.03 g. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah ada pengaruh beberapa tingkat cekaman suhu pada awal periode
"starter" terhadap suhu tubuh dan konsumsi air minum ayarn broiler periode "starter". Ada
Pengaruh lama waktu pengamatan terhadap suhu tubuh, konsumsi ransum, konsumsi air
minum dan bobot badan ayarn broiler periode "starter". Ada pengaruh interaksi antara
beberapa tingkat cekaman suhu pada awal periode "starter" dan lama waktu pengamatan
terhadap suhu tubuh, konsumsi air minum dan bobot badan ayam broiler periode "starter".
kata kunci : cekaman, panas, broiler, "starter", suhu tubuh, konsurnsi.

Mengapa protein diperlukan?

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur.


Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosofr, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.

Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan, proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran termasuk pertumbuhan sel-sel otak untuk kecerdasan. Pada masa kehamilan, proteinlah yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada.

Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh. Protein juga berperan dalam mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh.

Ada dua macam protein yang bisa dikonsumsi manusia, yaitu protein hewani nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan protein hewani yang berasal dari hasil ternak dan hasil perikanan. Dilihat dari kualitasnya dan keragaman jenis asam-asam amino penyusunnya, protein hewani mempunyai keunggulan dibanding protein karena mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap.

Review Antibiotik untuk Ayam

Antibiotik telah menjadi salah satu bagian yang mendukung produktivitas ayam, produksi telur dan pertumbuhan. Penggunaan antibiotik telah menjadi suatu kebutuhan dalam menjaga maupun memulihkan kesehatan ayam.

Kompleksitas penyakit yang menyerang menuntut kita menggunakan antibiotik secara tepat. Pemahaman kita mengenai antibiotik, baik karakter atau sifatnya sampai hal-hal yang berpengaruh terhadap daya kerja antibiotik haruslah kita optimalkan.

Penggunaan antibiotik bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua. Disatu sisi antibiotik ini akan memberikan manfaat dikala diberikan secara tepat, namun bukan hal yang tidak mungkin pemakaiannya juga akan menimbulkan efek negatif, misalnya saja keracunan, disaat antibiotik diberikan secara kurang tepat.


Makna Antibiotik


Antibiotik bisa berarti zat aktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun sintesis (buatan) yang dapat digunakan dalam konsentrasi rendah untuk menghambat atau membunuh organisme, baik bakteri, Mycoplasma maupun protozoa. Secara khusus antibiotik digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi. Antibiotik bekerja dengan cara menekan atau memutus mata rantai metabolisme dalam tubuh mikroorganisme. Berbeda dengan desinfektan yang membasmi bibit penyakit dengan menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi bibit penyakit tersebut.

Antibiotik awalnya ditemukan Alexander Fleming pada 1928 dan dinamakan penicillin G. Awalnya secara tidak sengaja kapang tumbuh di sediaan bakteri pada cawan petri yang lupa dibersihkan. Di bagian tumbuhnya kapang itu bakteri tidak ada yang berkembang, kondisi ini menstimulasi Alexander melakukan penilitian dan dari sanalah ditemukan antibiotik.

Karakteristik suatu antibiotik yaitu memiliki aktivitas menghambat (bakteriostatik) atau membunuh (bakterisid) mikroorganisme patogen. Toksisitas antibiotik juga bersifat selektif, dimana antibiotik ini aman bagi ayam namun bersifat racun (toksik) bagi mikroorganisme patogen.

Antibiotik dalam dosis tepat akan mampu secara aktif membunuh bibit penyakit dan mempunyai indeks terapi yang relatif aman. Indeks terapi diperoleh dari perbandingan dosis yang mengakibatkan kematian atau membahayakan (lethal dose) dibandingkan dosis yang efektif untuk membasmi penyakit (effective dose). Nilai indeks terapi yang semakin tinggi menunjukkan antibiotik semakin aman bagi ayam. Hal ini dapat diartikan antibiotik memiliki dosis membahayakan yang sangat tinggi dan dengan dosis yang kecil antibiotik telah efektif membasmi bibit penyakit.

Dalam dunia perunggasan, antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan atau pencegahan penyakit. Selain itu, ada beberapa antibiotik yang difungsikan sebagai growth/egg promoter.

Kelompok Antibiotik


Saat ini telah ditemukan begitu banyak antibiotik, baik natural (alami) maupun sintetis (buatan). Antibiotik-antibiotik itu bisa diklasifikasikan ke dalam setidaknya tiga kelompok antibiotik berdasarkan spektrum kerja, sifat maupun struktur kimia.

Berdasarkan spektrum kerja, antibiotik dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

Berspektrum sempit

Kelompok antibiotik ini hanya bekerja aktif terhadap bakteri tertentu, yaitu Gram (+) atau Gram (-) saja. Sebagai contohnya golongan peptida yang hanya bekerja aktif pada bakteri Gram (-). Golongan makrolida juga memiliki spektrum kerja sempit, hanya efektif untuk bakteri Gram (+) dan Mycoplasma. Sediaan antibiotik ini relatif jarang ditemukan, biasanya antibiotik ini diformulasikan berkombinasi dengan antibiotik lain sehingga memiliki spektrum yang lebih luas. Tysinol dan Tyfural merupakan contoh sediaan yang mengandung antibiotik dengan spektrum kerja sempit.

Antibiotik dengan spektrum kerja sempit hendaknya digunakan saat diagnosa penyakit telah dipastikan. Dan daya kerja antibiotik ini akan lebih optimal jika penyakit disebabkan oleh satu jenis bakteri.

Berspektrum luas

Antibiotik ini memiliki kemampuan membunuh beberapa macam bakteri, yaitu Gram (+) sekaligus Gram (-) dan juga Mycoplasma serta protozoa. Antibiotik golongan ini biasanya digunakan pada saat gejala ayam sakit belum spesifik atau sebagai upaya pencegahan serangan penyakit pada saat kondisi kandang tidak nyaman. Ayam yang terserang komplikasi beberapa jenis bakteri juga bisa diatasi dengan pemberian antibiotik dengan spektrum luas ini.

Fluoroquinolon, tetrasiklin dan sulfonamida merupakan golongan antibiotik yang memiliki spektrum kerja luas. Produk Medion yang memiliki spektrum kerja luas antara lain Proxan-C, Proxan-S, Neo Meditril, Trimezyn, Sulfamix atau Vita Tetra Chlor.


Berdasarkan sifatnya, antibiotik dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisid. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri melalui mekanisme hambatan sintesis protein. Pemberian antibiotik ini akan menekan konsentrasi atau jumlah bakteri yang menginfeksi sehingga berada dibawah batas konsentrasi untuk menimbulkan gejala klinis.

Lain halnya dengan antibiotik bakterisid yang bekerja membunuh bakteri. Mekanisme kerjanya dengan menghambat pembentukan dinding sel dan membran sel maupun menghambat pembentukan DNA atau inti sel.

Antibiotik yang bersifat bakteriostatik antara lain golongan makrolida, tetrasiklin, sulfonamida dan diaminopirimidin yang terdapat pada Tyfural, Coxy atau Doxyvet. Aminoglikosida, fluoroquinolon, penisilin dan peptida merupakan golongan antibiotik yang bersifat bakterisid. Contoh produknya antara lain Gentamin, Vet Strep, Proxan-C dan Neo Meditril.

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dapat dibedakan menjadi 8 golongan, yaitu penisilin, aminoglikosida, fluoroquinolon, peptida, makrolida, tetrasiklin, sulfonamida dan diaminopirimidin.

Penisilin

Penisilin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid (membunuh). Turunan terbaru dari antibiotik yang ditemukan pertama kali pada tahun 1928 tersebut efektif membasmi bakteri Gram (+) dan Gram (-). Antibiotik hasil penemuan Fleming ini mudah diserap oleh tubuh melalui usus dan cepat masuk ke darah.

Antibiotik yang termasuk antibiotik -laktam ini bekerja pada dinding sel bakteri dan berikatan dengan penicillin binding protein. Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati. Amoxitin dan Ampicol mempunyai kandungan aktif antibiotik ini.

Aminoglikosida

Antibiotik yang mengandung amino dan glikosida ini bekerja secara langsung pada ribosom bakteri, membran sel dan menghambat sintesa protein sehingga bakteri akan mati (bakterisid). Antibiotik ini tidak bisa diserap melalui usus sehingga untuk tujuan pengobatan yang bersifat sistemik aplikasinya dilakukan secara injeksi (suntikan), baik subkutan (bawah kulit) maupun intramuskuler (tembus dinding atau otot).

Saat diberikan, antibiotik ini akan bekerja optimal membasmi bakteri Gram (+) dan Gram (-). Hanya saja saat terjadi gangguan ginjal, seperti pada kasus infeksi Gumboro maupun infectious bronchitis (IB) pemakaian antibiotik ini hendaknya dihindari karena akan memicu kerusakan ginjal yang lebih parah. Contoh obat yang mengandung antibiotik golongan aminoglikosida adalah Gentamin, Kanamin dan Vet Strep.

Fluoroquinolon

Struktur salah satu antibiotik fluoroquinolon


Antibiotik ini mulai dikenal tahun 1962 oleh Lesher. Pada aplikasinya, sediaan obat yang mengandung antibiotik golongan fluoroquinolon banyak tersedia. Proxan-S, Proxan-C, Neo Meditril, Doctril dan Coliquin merupakan contoh sediaan antibiotik dari golongan fluoroquinolon.

Ketika “kontak” dengan bakteri, flouroquinolon akan menyerang inti sel (DNA) bakteri dengan menghambat enzim DNA gyrase. Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati (bakterisid). Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, baik terhadap bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.

Aplikasi pemberiannya dapat dilakukan secara oral (melalui saluran pencernaan) maupun injeksi, baik subkutan atau intramuskuler. Agar obat bekerja optimal hindari adanya mineral/logam seperti Ca2+, Mg2+ dan Al3+ dalam air minum yang digunakan untuk melarutkan obat karena bisa menurunkan penyerapan obat di saluran pencernaan.

Peptida

Antibiotik ini bekerja aktif membunuh (bakterisid) bakteri Gram (-) dengan cara merusak atau menghambat membran sel. Antibiotik golongan ini tidak diserap oleh usus sehingga lokasi kerjanya bersifat lokal. Obat yang hanya mengandung antibiotik golongan peptida relatif jarang, biasanya dikombinasikan dengan golongan lain untuk meningkatkan potensi dan spektrum kerjanya, seperti Amoxitin dan Tycotil.

Makrolida

Struktur antibiotik golongan makrolida


Golongan antibiotik ini efektif untuk mengatasi bakteri Gram (+) dan Mycoplasma. Pemberian antibiotik ini akan bekerja mengganggu proses sintesis protein melalui mekanisme berikatan dengan ribosom 30S.

*

Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dengan cara menghambat sintesis protein dengan berikatan pada ribosom 30S. Antibiotik yang ditemukan pertama kali oleh Lloyd Conover ini memiliki spektrum kerja yang luas, dimana bisa mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.

Cara aplikasi antibiotik golongan tetrasiklin bisa dilakukan melalui oral maupun suntikan (subkutan atau intramuskuler). Hanya saja jika diberikan melalui oral sebaiknya memperhatikan kandungan logam Ca2+, Mg2+ dan Al3+ karena dapat menurunkan daya serap saat berada di usus. Feed supplement yang mengandung mineral sebaiknya diberikan pada waktu yang berbeda dengan pemberian antibiotik fluoroquinolon dan tetrasiklin, misalnya pemberian antibiotik pada pagi hingga sore hari dan supplement pada malam hari atau setelah pengobatan berakhir.

Medion telah memproduksi obat dengan kandungan antibiotik dari golongan tetrasiklin, diantaranya Doxyvet, Koleridin maupun Vita Tetra Chlor.


*

Sulfonamida

Sulfamix, Coxy, Trimezyn dan Respiratrek adalah produk Medion yang mengandung antibiotik dari golongan sulfonamida. Antibiotik yang ditemukan Gerhard Domagk ini telah dikenal luas oleh masyarakat, termasuk masyarakat peternakan.

Antibiotik ini bersifat bakteriostatik, yaitu bekerja menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanismenya melalui hambatan pada sintesis asam folat sehingga mengganggu perkembangan bakteri. Saat diberikan pada ayam baik secara oral maupun suntikan (subkutan, intramuskuler), antibiotik yang telah digunakan sejak 1933 ini akan mampu mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan protozoa. Agar daya kerja lebih optimal, saat pemberian obat dengan kandungan antibiotik ini sebaiknya tidak diberikan suplemen berupa vitamin B dan atau asam amino. Selain itu, saat ayam mengalami gangguan ginjal sebaiknya penggunaan antibiotik ini dihindari.

Struktur kimia salah satu antibiotik golongan sulfonamida

Diaminopirimidin

Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja dari antibiotik ini ialah menghambat sistesis (pembentukan) asam folat. Pemberiannya efektif untuk mengatasi serangan bakteri Gram (+) dan Gram (-). Aplikasinya dapat dilakukan secara oral maupun suntikan, baik subkutan maupun injeksi.

Daya kerja yang sinergis antara sulfonamida dan diaminopirimidin


Antibiotik ini biasanya dikombinasikan dengan golongan sulfonamida untuk meningkatkan daya kerjanya dan menurunkan tingkat resistensi bakteri terhadap kedua antibiotik ini. Kedua antibiotik ini memiliki mekanisme kerja yang sinergis, saling menguatkan. Trimezyn, Respiratrek, Erysuprim dan Antikoksi ialah produk Medion yang mengandung kombinasi kedua antibiotik tersebut.


Golongan antibiotik yang telah disebutkan sebelumnya bisa diformulasikan dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Tujuan kombinasi ini antara lain meningkatkan daya kerja dan spektrum kerja, menurunkan efek samping serta meminimalkan terjadinya resistensi. Hanya saja kombinasi ini tidak serta merta bisa dilakukan, alih-alih kombinasi yang tidak sesuai akan menurunkan daya kerjanya. Syarat kombinasi antibiotik ini haruslah dapat tercampur secara fisik, kimia dan farmakologi.

*

Tercampur secara fisik artinya kedua antibiotik dapat tercampur homogen
*

Tercampur secara kimia : saat antibiotik dicampurkan tidak terjadi reaksi kimia yang merugikan diantara keduanya, yang biasanya ditandai dengan perubahan warna yang berbeda dari kedua warna produk, adanya endapan atau terbentuknya gas
*

Tercampur secara farmakologi yaitu tidak terjadi interaksi antara kedua antibiotik yang menyebabkan turunnya potensi atau meningkatnya efek samping atau toksisitas

Melihat persyaratan tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita membatasi pencampuran antibiotik yang dilakukan sendiri, tanpa pengetahuan yang lengkap. Bukan sebuah keniscayaan jika kombinasi antibiotik tidak tepat malah akan menurunkan potensi atau daya kerjanya. Sebagian besar produk obat Medion telah tersedia dalam bentuk kombinasi sehingga kita bisa menggunakan produk yang sudah ada.


Aplikasi Antibiotik


Pengetahuan kita mengenai antibiotik menjadi dasar kita untuk memilih obat yang tepat. Agar antibiotik ini bekerja secara optimal kita hendaknya memahami mengenai prinsip pengobatan, yaitu :

Obat harus sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang

Setiap obat memiliki efek yang berbeda dan spesifik untuk setiap penyakit. Bagaimanapun baiknya cara pemberian obat, tetapi bila kita salah dalam memilih jenis obat, maka tidak akan diperoleh efek pengobatan yang diinginkan. Contoh : Pengobatan dengan Ampicol atau Amoxitin untuk mengatasi penyakit CRD tidak akan berhasil karena bakteri penyebab CRD, yaitu Mycoplasma gallisepticum tidak punya dinding sel sebagai reseptor Ampicol atau Amoxitin. Sebaiknya obat yang diberikan dari golongan tetrasiklin seperti Doxyvet karena kemampuannya menghambat sintesis protein pada reseptor M. gallisepticum (ribosom 30S)

Struktur tubuh M. gallisepticum yang tidak memiliki dinding sel


*

Obat bisa mencapai organ sakit atau lokasi kerja

Pemilihan rute pengobatan menjadi hal yang penting untuk memastikan obat dapat mencapai organ atau lokasi kerja yang diinginkan. Untuk mengobati penyakit infeksi pernapasan yang parah dan diinginkan efek segera, maka rute parenteral (injeksi atau suntikan) menjadi pilihan utama. Bila tidak tersedia sediaan parenteral, maka sediaan oral melalui cekok atau air minum dengan kandungan obat yang mempunyai efek sistemik dapat menjadi alternatif pilihan. Dengan memilih dan mengaplikasikan rute pengobatan yang benar, maka kemungkinan obat rusak atau tereliminasi sebelum mencapai organ target dapat diminimalisasi


*

Obat mencapai kadar yang cukup

Untuk menghasilkan efek pengobatan, obat harus mencapai kadar efektif minimum atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Sebelum obat mencapai MIC, obat tidak akan bekerja menghasilkan efek pengobatan.

Kadar obat di dalam tubuh dipengaruhi oleh kondisi alamiah tubuh ayam sendiri, dimana ayam mempunyai respon yang berbeda terhadap obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. “Nasib” obat di dalam tubuh ayam dapat diketahui melalui uji farmakokinetik. Para apoteker dan dokter hewan menggunakan hasil uji farmakokinetik tersebut sebagai dasar penentuan dosis sehingga obat dapat mencapai organ target dalam jumlah yang cukup melalui rute pengobatan tertentu


*

Obat mampu bertahan dalam waktu yang cukup

Secara alami, kadar obat di dalam tubuh akan berkurang dalam jangka waktu tertentu (dieliminasi dari tubuh). Ada parameter penting yang berhubungan dengan kecepatan eliminasi obat, yaitu waktu paruh. Waktu paruh yang diberi simbol T1/2 merupakan waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeliminasi obat sebanyak 50% dari kadar semula. Obat dengan T1/2 pendek akan berada di dalam tubuh lebih singkat dibanding dengan yang mempunyai T1/2 panjang. Pada aplikasinya, obat dengan T1/2 pendek perlu diberikan dengan interval waktu lebih pendek, misalnya diberikan 2-3 kali sehari untuk mempertahankan kadar efektif di dalam darah.


Oleh karena itu, saat melakukan pengobatan kita harus tepat dalam mendiagnosa penyakit, memilih jenis obat, menentukan rute pemberian obat (oral, suntikan) maupun dosis dan lama pemberian obat sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tercantum pada etiket atau leaflet.

Beberapa hal yang harus dihindari saat proses pengobatan agar daya kerja atau keampuhan obat tetap optimal diantaranya mencampur obat dengan desinfektan karena dapat menurunkan potensi bahkan merusak obat. Hindari pula penggunaan air dengan kualitas rendah. Air minum dengan kesadahan tinggi akan mengakibatkan terbentuknya senyawa kompleks dengan tetrasiklin. pH air minum yang tinggi dapat menyebabkan Doxyvet, Amoxitin maupun Trimezyn mengendap sedangkan pH yang rendah akan mengendapkan Respiratrek.

Antibiotik bisa diibaratkan pisau bermata dua. Aplikasi yang tepat akan menghasilkan efek menekan atau membasmi bibit penyakit, namun diberikan sembarangan akan merugikan ayam. Antibiotik harus diberikan secara tepat agar daya kerjanya optimal.


Info Medion Edisi Agustus 2009
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/review-antibiotik

Penggunaan Energi dalam Ayam Broiler

Penggunaan Energi dalam Ayam Broiler
Banyak para pelajar, praktisi dan peternak yang mengartikan energi sebagai salah satu nutrisi dalam pakan ternak.
Karena kata energi ini sering sekali ditulis secara bedampingan dengan protein, lemak, serat dan nutrient lainya.
Padahal energi itu sendiri bukan nutrisi, energi adalah kalor (panas) yang dihasilkan dari metabolisme beberapa nutrient
yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Namun demikian energi tetap menjadi salah satu ‘nutritional factor’
untuk mendapatkan performance broiler yang optimal.Ada 2 hal mendasar yang perlu diketahui peternak menyangkut
energi pada pakan broiler. 1) Sampai saat ini energi dalam bahan baku yang bisa di analisa adalah gross energi,
sementara yang digunakan oleh broiler adalah net energy atau yang sering kita sebut sebagai metabolisme energi.
Metabolisme energi inilah yang dipakai pada sistem formulasi pakan ternak. Artinya nilai ME tidak didapat dari
laboratorium, namun didapatdari persamaan (rumus) yang telah diuji oleh para ahli nutrisi ternak dan peneliti. 2)
Pengaruh kekurangan energi pada performance sangat besar. Pengaruh terbesar pada ayam broiler adalah
memperburuk FCR. Pada saat energi per kg pakan kurang dari kebutuhan, maka ayam akan makan lebih banyak untuk
menjaga kebutuhan energi tubuhnya. Walaupun ayam makan lebih banyak pertambahan berat badannya tidak ikut
meningkat. Dan ini membuat pemenuhan kebutuhan energi menjadi lebih mahal serta mengurangi ‘value’
dari energi itu sendiri.
Adapun penggunaan energi pada broiler secara garis besar bisa di bagi menajdi 2 bagian :

1. Pemenuhan Hidup Pokok (Maintenance)

- a. Energi untuk metabolisme (basal metabolisme) Bagaimanapun juga proses

pencernaan, penyerapan, reproduksi,
proses dalam sel dan segala macam proses dalam tubuh unggas yang sering di sebut dengan proses metabolisme tetap
juga membutuhkan energi Kebutuhan energi untuk basal metabolisme semakin meningkat dengan bertambahnya berat
ayam (surface area), walaupun kebutuhan per kg berat badanya semakin kecil.

- b. Kenaikan panas tubuh karena aktivitas Proses metabolisme protein dan lemak juga akan meningkatkan panas

tubuh ayam, pada saat yang sama maka ayam memerlukan energi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuhnya.
Jagung mengahasilkan panas bahang yang lebih tinggi dibandingkan minyak, ini adalah salah satu penyebab beberapa
ahli merekomendasikan mengganti sumber energi ke lemak pada saat cekaman panas.

- c. Kenaikan panas tubuh karena ‘thermal regulation’ Pada saat lingkungan disekitar kandang tinggi,
maka suhu tubuh ayam juga ikut meningkat. Untuk menurukan suhu tubuhnya ayam akan minum lebih banyak, dalam
tubuh ayam itu sendiri ada energi yang dipakai untuk menetralisir hal tersebut.

- d. Energi pada feses dan urine Energi yang terbuang sebagai endogenous energy dalam feses dan urine adalah nilai
mutlak yang tidak bisa di tawar lagi.

- e. Immune Respons Pada saat ayam broiler terinfeksi suatu penyakit, maka sebagian nutrient akan digunakan untuk
meningkatkan daya tahan. Glukosa dalam darah juga menurun, maka dari itu energi untuk pertumbuhan juga sebagian
akan terpakai untuk mencover kondisi seperti ini. Pemberian air gula secukupnya untuk menambah intake energi
terutama pada saat konsumsi pakan turun sangat diperlukan.

2. Energi untuk Produksi

- a. Pertumbuhan jaringan tubuh Pakan dibuat sedemikian rupa sehingga komposisi asam amino nya dapat
memenuhi kebutuhan ayam. Namun demikian protein yang masuk kedalam tubuh ayam harus dipecah menjadi asamasam
amino, sebelum diserap oleh tubuh. Setelah itu asam-asam amino akan digunakan untuk pembentukan jaringan
tubuh (daging, bulu dan jaringan tubuh lainya) dan hal ini banyak membutuhkan energi.

- b. Penambahan lemak dan penyimpanan karbohidrat Metabolisme lemak lebih sederhana di bandngkan nutrient
lainya, kelebihan lemak akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak juga. Begitu juga dengan karbohidrat, jika
nutrient ini berlebih akan disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh unggas.

- c. Telur dan semen Karena dipanen pada usia yang relatif muda, ayam broiler belum sampai pada masa reproduksi
yang tentunya membutuhkan energi untuk pembentukan semen dan telur. Bagaimanapun juga perhitungan energi untuk
ayam broiler bisa jadi tidak sama presis dengan kebutuhan ayam, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya
termasuk kondisi lingkungan dan kesehatan ayam itu sendiri. Namun demikian para nutritionist pastilah berusaha untuk
lebih tepat atau memberikan energi yang lebih tinggi dari kebutuhan pada saat lingkungan normal.