2 Mar 2011

Tanggapan atas komentar mengenai ayam broiler menggunakan hormon

Pada artikel sebelumnya yaitu “Daging Ayam Pakai Hormon, Fakta atau Mitos?” ada komentar kutipan artikel dari Jawa Pos bahwa “Cowok Suka Paha atau Sayap Ayam Cenderung Feminim.“

Hal ini jelas ditantang oleh para pelaku usaha di bidang peternakan ayam. Salah satunya adalah artikel dari Majalah Poultry Indonesia yang menyatakan dalam judul artikelnya bahwa “Tidak Benar, Broiler Disuntik Hormon.” Artikel ini memang agak teknis untuk para pelaku peternakan karena memang ditulis oleh seorang ahli dan praktisi di bidang perunggasan. Tetapi saya yakin beberapa poin dapat dimengerti dengan baik oleh orang awam dan akan menambah wawasan serta pengetahuan banyak orang.

Beberapa hal yang ingin saya garis bawahi dari artikel ini adalah pernyataan bahwa:

1. Orang selalu bingung dan membandingkan ayam kampung dengan ayam broiler yang tingkat pertumbuhannya cepat. Jawabannya adalah hasil seleksi genetika dimana ayam tersebut secara genetik memang tumbuh besar dan cepat. Seperti contohnya saja ada anak yang cepat tinggi besar ada yang tidak terlalu cepat. Oleh para ahli genetika, ayam yang memiliki gen baik akan diambil sehingga dapat memiliki keturunan yang baik pula. Karena ayam kampung tidak memiliki jenis yang sudah diteliti secara genetika maka pertumbuhannya sama saja dari tahun ke tahun. Ayam broiler seperti pada tabel 2 dijabarkan bahwa perkembangan genetikanya tumbuh dengan pesat sehingga semakin lama semakin efisien. Jadi bukan hormon, tetapi ilmu genetika.
2. Dalam hal ekonomis, petani akan dirugikan bila menggunakan hormon karena naiknya biaya pemeliharaan. Di artikel ini ditulis “tak setetespun hormon pertumbuhan yang diperlukan peternak untuk menghasilkan ayam broiler berbobot 2 kg dalam waktu 35 hari. Selain hormon dilarang dipergunakan juga menambah ongkos produksi/tidak ekonomis(Rp 400 per ekor pada Des 89) dan menghabiskan waktu untuk menyuntik ayam satu persatu.”

Berikut ini adalah saduran dari artikel tersebut.

Tidak Benar, Broiler Disuntik Hormon

www.poultryindonesia.com. Masih ada saja salah persepsi tentang broiler. Ayam ras yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat sering dipersepsikan dibantu dengan hormon baik lewat suntik atau dicapur ke dalam pakan selama ayam dalam masa pemeliharaan.

Anggapan tersebut termuat dalam berita Jawa Pos, minggu 11 Januari 2009 mengenai Cowok Suka Paha atau Sayap Ayam Cenderung Feminim. Dokter Suyuti direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun menjelaskan pengaruh bagian tubuh ayam tsb.terhadap perilaku konsumen karena ayam tsb.disuntik hormon kewanitaan/insulin x.(apa yang dimaksud dengan hjormon kewanitaan/insulin x). Jika dikonsumsi, hormon tadi akan ikut masuk dan menumpuk di dalam tubuh manusia. Lama kelamaan, kelebihan hormon hewan kewanitaan di dalam tubuh itu mengakibatkan si cowok berubah karakter menjadi feminin, seperti wanita alias banci. Demikian penjelasan dr Suyuti kepada Radar Sampit (grup Jawa Pos).

Dua puluh tahun lampau issue ini pernah muncul dalam satu majalah ibukota, yang menyatakan: “Hati-hati terhadap leher ayam broiler”. Kemudian ada pejabat tinggi DepKes yang mengatakan bahwa keluarganya tidak makan daging broiler karena berpendapat bahwa besarnya ayam tersebut akibat disuntik hormon. Ada juga tulisan lain tentang kemungkinan adanya penggunaan hormon sebagai pemacu pertumbuhan, berita adanya kasus membesarnya buah dada anak perempuan usia 7 tahun dan juga pada anak laki-laki yang terjadi di Puerto Rico akibat mengkonsumsi daging broiler yang mengnadung hormon estrogen. Atas terbitnya berita tersebut, berbagai reaksi telah timbul dari berbagai pihak baik dari perorangan maupun organisasi yang menyanggah adanya penggunaan hormon di Indonesia.

Hormon sebagai pemacu pertumbuhan atau penggemukan yang mengandung hormon Diethylstilbestrol/DES dan hormon lain sejenis berdasarkan surat Edaran Direktur Kesehatan Hewan no.329/XII-4-10-1983 dilarang diedarkan dan dipergunakan.Hormon, menurut Sk DirJenbPet no.179/Kpts/DJP/Deptan/1980 termasuk dalam golongan obat keras. Adapun obat keras untuk hewan adalah obat hewan yang apbila pemakaiannya tidak sesuai dengan ketentuan, akan berbahaya bagi hewan dan atau manusia yang mengkonsumsi hasil hewan tersebut. Oleh karena tergolong sebagai obat keras maka obat hewan yang mengandung hormon yang boleh beredar di Indonesia hanyalah jenis yang digunakan untuk terapi atas dasar indikasi, misalnya obat-obat hormon untuk pengobatan penyakit reproduksi. Dengan demikian tidak diperbolehkan peredaran dan penggunaan hormon sebagai pemacu pertumbuhan atau penggemukan.

Hormon phobia di kalangan masyarakat kita tidak lain bermula dari keheranan masyarakat awam tentang pertumbuhan ayam ras yang luar biasa itu. Coba bayangkan, DOC (Day Old Chick/ ayam umur sehari) beratnya 40 gram, dalam waktu 1 minggu beratnya lebih dari 4 x semula (175 gram) dan siap dipotong pada umur 30 hari karena beratnya sudah mencapai 1.5 kg. Maka, wajar jika muncul pertanyaan:rekayasa macam apa yang telah diberikan dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan yang muncul dibenak masyarakat awam.

Tabel 1. Standar performan mingguan CP broiler

Umur(mg) Rata-rata BB(gram) konsumsi pakan (gram) FCR
———————————————————————————————–
DOC 40 – -
1 175 150 0.857
2 486 512 1.052
3 932 1167 1.252
4 1467 2105 1.435
5 2049 3283 1.602
6 2634 4604 1.748
7 3177 5995 1.887
8 3635 7380 2.030
————————————————————————————————-
Keterangan : FCR (Feed Conversion Ratio/ angka konversi pakan), yaitu : jumlah pakan yang digunakan untuk menghasilkan 1 kg daging.

Tabel diatas merupakan suatu referensi atau pedoman yang menggambarkan performans strain ayam pada kondisi optimum, tanpa pembatasan pada tiap tingkatan umur (Data tahun 2006).

Ilmu peternakan yang paling sederhana telah menggaris bawahi bahwa usaha beternak apa saja ada tiga faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor genetik, lingkungan (pakan, kesehatan, manajemen) serta permintaan pasar. Rupanya faktor genetiklah yang menyebabkan pertumbuhan broiler tersebut begitu cepat. Lalu pertanyaan muncul mengapa genetik ayam ras lebih “super” dibanding ayam buras/ ayam kampung? Itulah hasil kemajuan ilmu genetika dan seleksi rumit yang dilakukan oleh genetisis.

Sudah lebih dari 50 tahun penelitian tentang ayam yang meliputi seleksi genetis,serta pencatatan asal usulnya, telah dilakukan oleh para genetisis mulai dari galur murni (pure line), garis kakek nenek (grand parent stock), garis orang tua (parent stock) sampai garis akhir (final stock). Dikatakan final stock karena bila ayam-ayam tersebut dikawin silangkan lagi maka keturunan berikutnya akan lebih jelek dari pada performa orang tuanya.Jadi ayam final stock adalah ayam terbaik yang dihasilkan dari proses kawin silang dan seleksi genetis generasi sebelumnya.

Tabel 2
Perkembangan broiler
tahun umur pada berat badan 1800 gr(hari) FCR
—————————————————————————————————

1950 84 3.25
1960 70 2.50
1970 59 2.20
1980 51 2.10
1990 43 1.95
2000 35 1.65
2010 28 1.50
—————————————————————————————————
Dari data tersebut di atas, terlihat perkembangan genetik dari broiler. Kalau pada tahun 1950 untuk mencapai berat badan 1800 gram dibutuhkan waktu 84 hari degan FCR 3.25 maka tahun 2000, waktu yang dibutuhkan 35 hari dengan FCR 1.65 dan tahun 2010 diperkirakan hanya dalam waktu 28 hari telah mencapai 1800 gram dgn FCR 1.5. Lalu apa yang terjadi di tahun 2020?

Untuk mendukung keunggulan genetis suatu ternak dan menjadikan penampilan ternak sesuai yang diharapkan, perlu kondisi lingkungan yang memadai. Lingkungan yang dimaksud adalah pakan yang bernilai nutrisi tinggi, kesehatan yang prima, kandang yang nyaman serta disiplin pemeliharaan. Maka, diharuskan memberikan apakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan ayam dan dilakukan pencegahan penyakit (vaksinasi), dan lain sebagainya. Seperti yang telah dilakukan selama ini.

Itu artinya, tak setetespun hormon pertumbuhan yang diperlukan peternak untuk menghasilkan ayam broiler berbobot 2 kg dalam waktu 35 hari. Selain hormon dilarang dipergunakan juga menambah ongkos produksi/tidak ekonomis(Rp 400 per ekor pada Des 89) dan menghabiskan waktu untuk menyuntik ayam satu persatu.

Kita semua tahu bahwa protein hewani adalah salah satu unsur yang penting untuk membentuk kualitas berpikir maupun kesehatan manusia. Dibandingkan dengan negara lain kita sangat ketinggalan dalam konsumsi protein hewani pertahun/kapita yang dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Negara Daging ayam (kg) telur (butir)
—————————————————————————————————
Kamboja 2.0 16
Vietnam 3.5 41
Myanmar 4.0 -
Indonesia 4.5 67
Filipina 8.5 -
Thailand 14.0 93
Singapura 28.0 64
Malaysia 38.5 311
China – 304
—————————————————————————————————

Kita harus tingkatkan konsumsi protein hewani agar generasi mendatang tumbuh dengan baik dan tidak “stunted” (pendek). Perlu adanya kampanye gizi yang terus menerus secara nasional dalam rangka menyadarkan masyarakat tentang pentingnya protein hewani antara lain : daging, susu dan telur mulai dari pemimpin yang paling tinggi sampai ke desa-desa, agar timbul kesadaran secara nasional sehingga masyarakat dapat mengalokasikan belanja rumah tangga dengan cara yang benar.

Perkembangan teknologi sudah sedemikian maju, demikian juga komunikasi yang sudah begitu canggih. Manusia tidak dapat menguasai semua ilmu, masing-masing ada spesialisasinya. Karena itu tanyakan pada “ahlinya” kalau kita tidak menguasai ilmu tersebut. Sehinga isu 20 tahun lalu tidak terulang lagi 20 tahun yang akan datang.

Tidak ada komentar: